Catatan Jilbab Enam Tahun

 
Tepat enam tahun sejak pertama kali mengenakan jilbab. Aku masih ingat hari pertama memasuki kelas XII dengan penampilan baru, teman-teman tersenyum kepadaku dan memberikan ucapan selamat seraya mendoakanku agar istiqomah. Beberapa teman perempuan menyalamiku dan memberikan ciuman di pipi kanan dan kiri. Hangat setiap mengingatnya.
Dan setelah enam tahun mengenakannya…
1.    Dulu saat SMP, aku berpikir mengenakan jilbab adalah suatu perbuatan sunah, sesuatu yang bila dikerjakan mendapatkan pahala dan jika tidak dikerjakan tidak apa-apa. Hingga aku berkenalan dengan seorang teman yang memberitahu kewajiban berjilbab bagi Muslimah. Jadi bisa jadi, seperti aku dulu, Muslimah yang belum mengenakan jilbab belum mengetahui akan kewajiban berjilbab.
 2.    Dulu saat SMA sebelum aku mengenakan jilbab, aku banyak bergaul dengan para Muslimah yang telah terlebih dahulu mengenakannya. Mereka lah panutanku dalam bertindak dengan perbuatan yang patut dijadikan teladan. Lingkungan pergaulan juga lah yang turut mempengaruhi seseorang untuk berjilbab.
3.    Dulu sebelum berjilbab, aku berpikir pantaskah seorang aku dengan ibadah yang biasa ini berjilbab. Dengan perbuatan yang masih begitu-begitu saja, belum bisa dijadikan contoh. Apa nanti aku nggak ‘mengotori’ jilbab. Lantas perkataan seorang teman menguatkanku, “Kalau kamu nunggu baik dulu baru berjilbab kapan kamu akan berjilbab? Justru jilbabmu itulah yang akan memperbaikimu,” #jleb.
4.    Dulu sebelum berjilbab berpikir apa menunggu sikap dan ibadah baik dulu baru berjilbab, menjilbabi hati dulu bahasa populernya. Perkataan seorang teman menyadarkanku, “Jilbab itu kewajiban, seperti halnya sholat, kalau kamu nunggu bisa khusyuk dulu baru mau sholat, kapan kamu mau sholat?” #jleb.
5.    Dulu sebelum berjilbab berpikir berjilbabnya nanti-nanti saja, ketika sudah mantap banget. “Nanti kalau udah berjilbab terus bongkar pasang gimana?” Ternyata setelah dimantapkan dan dijalani, hingga saat ini tak pernah sedikit pun terbersit keinginan untuk melepas jilbab. Na’udzubillah.
6.    Dulu sebelum berjilbab berpikir, “Apa nanti nggak gerah tuh berjilbab? Apa nggak panas?” ternyata setelah dimantapkan dan dijalani, biasa saja. Malah merasakan perasaaan ‘adem’ yang tak terkatakan, adem secara fisik dan hati. Alhamdulillah.
7.    Bismillah. Sudah menunda kewajiban tersebut enam tahun lamanya semenjak aqil baligh, masak mau ditunda lagi. Akhirnya memantapkan niat berjilbab dan memulainya. Awal mengenakan jilbab, badan panas dingin, bisikan-bisikan yang berusaha menggagalkan niat itu pun dihalau jauh-jauh.
8.    Dulu awal-awal berjilbab masih mengenakan kaus panjang dan celana jeans ketat dengan jilbab pendek seleher, lama kelamaan merasa risih sendiri lalu mulai memperbaiki penampilan dengan jilbab yang minimal menutupi dada dan menggunakan rok. Insya Allah.
9.    Setiap kali mematut diri di depan cermin dan melihat diri sendiri dengan jilbab yang menutupi merasa beruntung sekali menjadi seorang Muslimah. “Alhamdulillahilladzi ja’alna Muslimin (at),” begitu pula setiap merasa ‘down’ berkaca dan seperti mendapat energi baru, “Kamu Muslimah lho, nggak boleh lemah,”. My jilbab does encourage me. 
10. Perintah jilbab lah yang membuat saya semakin jatuh cinta dengan Islam. Begini lho cara Allah SWT memuliakan para Muslimah.
Enam tahun berjilbab, semoga semakin baik ke depannya dan agustus nanti tepat tujuh tahun perjalananku untuk terus semakin cinta dengan Islam.

0 komentar:

Posting Komentar